dunia perikanan

Senin, 15 Februari 2016

Perikanan Budidaya: Tingkah Laku Pemijahan

Perikanan Budidaya: Tingkah Laku Pemijahan: DESKRIPSI IKAN CUPANG Ikan cupang merupakan salah satu ikan hias yang mempunyai alat pernapasan tambahan berupa labirin. Dengan bantua...

Tingkah Laku Pemijahan


DESKRIPSI IKAN CUPANG
Ikan cupang merupakan salah satu ikan hias yang mempunyai alat pernapasan tambahan berupa labirin. Dengan bantuan alat tersebut, ikan ini dapat mengambil oksigen langsung dari udara. Dengan demikian dalam pemeliharaan ikan cupang, aerasi tidak harus dipasang sehingga dapat menghemat penggunaan listrik dan sarana sistem aerasi.
Daya tarik lain dari ikan cupang adalah keindahan warna dan sirip-siripnya, terutama ikan cupang jantan. Ikan ini juga senang berkelahi terhadap sesamanya sehingga dijuluki “fighting fish”, tetapi bersikap toleran terhadap ikan jenis lain. Toleransi ikan cupang terhadap temperatur berkisar antara 24-29 oC. Pertumbuhannya ikan cupang relatif cepat sehingga masa pembesarannya tidak terlalu lama ke waktu penjualannya.
 HABITAT DAN FISIOLOGI
Sebagaimana pemeliharaan mahkluk hidup lainnya, beternak cupang perlu memperhatikan faktor internal dan eksternal yang memengaruhi kehidupannya. Faktor eksternal dan internal yang dimaksud terkait dengan habitat dan perilaku cupang.
HABITAT
Habitat merupakan tempat hidup di mana cupang akan beraktivitas selama hidupnya. Di habitat yang sesuai, ikan cupang dapat tumbuh dan berkembang biak secara optimal. Adapun karakteristik perairan yang sesuai ditunjukkan dengan beberapa parameter seperti keasaman (pH) air, suhu perairan, serta kesadahan. Di alam, cupang ditemukan di daerah beriklim tropis dan hidup di sungai, rawa, persawahan, serta perairan tawar dangkal lainnya. Bisa dibayangkan, habitat cupang alam yang tenang dan teduh akan mudah ditemui di daerah yang banyak ditumbuhi pepohonan. Jika dilakukan pengukuran, umumnya perairan seperti ini mempunyai beberapa karakteristik, yaitu pH 6,5—7,5, kesadahan air berkisar 5—12 dH,  dan suhu air 24—30o C.
Ikan cupang memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut dengan labirin. Dengan adanya labirin, ikan cupang dapat mengambil dan menyimpan oksigen lebih banyak. Oleh sebab itu, ikan ini mampu hidup di perairan yang relatif tenang dan miskin oksigen. Bisa dimengerti, perairan yang tenang cenderung memiliki kadar oksigen terlarut yang sedikit karena airnya tidak mengalir. Air yang mengalir cenderung mudah terpecah bagian permukaannya sehingga oksigen udara dapat dengan mudah masuk ke badan air.
 PERILAKU ALAMI CUPANG
Perilaku berhubungan dengan tingkah laku alami yang ditunjukkan ikan cupang. Selama penangkaran, perilaku alami tersebut hendaknya tidak dihambat atau dihilangkan. Namun, peternak perlu mengelolanya agar sesuai dengan tujuan pemeliharaan. Penghambatan perilaku alami justru berakibat buruk bagi ikan. Hal tersebut mengakibatkan ikan menjadi stres karena tidak dapat menyalurkan hasratnya.
PERILAKU MAKAN
Secara umum, ikan mempunyai dua pola dalam mencari pakan, yaitu aktif mencari pakan pada siang hari (diurnal) dan malam hari (nokturnal). Sementara cupang sendiri termasuk tipe diurnal, yaitu aktif mencari pakan mulai dari matahari terbit hingga tenggelam. Di alam, cupang akan memakan pakan yang ditemui sebanyak-banyaknya.
Ikan cupang termasuk dalam kelompok ikan karnivora, yaitu memakan binatang hidup. Hal itu terlihat dari bentuk giginya yang runcing (bergerigi). Adapun jenis pakan yang biasa disantap ikan ini yaitu larva serangga air, jentik nyamuk, ataupun cacing sutera.



PERILAKU MEMIJAH
Sebagaimana hewan lainnya, proses pemijahan dilakukan dengan jalan slah satu pasangan menarik perhatian lawan jenisnya. Dalam kasus ini, cupang jantan merupakan pihak yang melakukan aksi menarik perhatian tersebut. Cupang jantan akan berlagak memamerkan “ketampanannya” di depan sang betina sambil mengembangkan sirip-siripnya. Dengan keindahan warna tubuhnya pula, cupang jantan akan mendekati sang betina dan berputar-putar.
Setelah sang betina tertarik, cupang jantan akan menelikung tubuh betina. Sementara cupang betina membiarkan tubuhnya melayang dalam “dekapan” sang jantan. Jika selesai memijah, cupang jantan akan melepaskan tubuh betina. Dari tubuh betina pun akan terlihat telur yang keluar dan berjatuhan di ke dasar media pemeliharaan. Selanjutnya, tugas cupang jantan lah yang merawat telur hingga menetas. Dalam hal ini, terdapat dua tipe pemijahan yang terjadi pada ikan cupang, yaitu bubble nest breed dan mouth brooder. Di antara keduanya tedapat perbedaan prinsip dalam hal menetaskan telur.
1.      Bubble nest breed
Secara alami, cupang jantan yang siap memijah pada tipe ini akan terlihat membuat sarang busa. Sarang busa yang dibuat berbentuk gelembung-gelembung kecil udara yang ditempatkan sang jantan di permukaan air. Biasanya, sarang busa ini ditempelkan pada dedaunan atau tanaman air. Setelah selesai membuat sarang  busa, cupang jantan akan menggiring cupang betina untuk melakukan perkawinan di bawah sarang busa yang telah dibuat. Cupang jantan akan menangkap telur yang berjatuhan dan menyimpan dalam mulutnya. Selanjutnya, telur tersebut disemburkan ke sarang busa agar melekat. Telur yang jatuh akan diambil dan disemburkan kembali hingga benar-benar melekat.
Sejak saat itu, cupang jantan akan dengan setia menjaga telurnya dari gangguan ikan lain. Selain itu, sang jantan akan mengipasi telur dengan sirip-siripnya agar suplai oksigen untuk telur tetap terjaga. Selama itu pula, induk jantan akan merenovasi sarang busa yang rusak dengan membuat sarang baru.
Setelah menetas, anak cupang akan tetap berada dalam sarang busa sampai mereka mampu menembus atau melepaskan diri dari sarangnya. Jika telah terlepas, anak cupang sudah mampu menghirup udara langsung dari udara.
Adapun jenis ikan cupang yang termasuk dalam bubble nest breed yaitu Betta akarensis, Betta coccina, Betta bellica, Betta tasyaee, Betta smaragdina, Betta imbellis, dan Betta splendens.
2.      Mouth brooder
Pada kelompok ini, cupang jantan akan memunguti telur yang sudah terbuahi dan memasukkan serta mengeraminya dalam mulut hingga menetas. Selama mengerami telur tersebut cupang jantan berpuasa dan menghindari kontak fisik dengan jantan lain.
Setelah menetas, anak cupang akan dikeluarkan dari mulut induk jantan ke permukaan air. Selanjutnya, induk jantan akan tetap melindungi anaknya dengan cara memasukkan kembali anaknya ke dalam mulut jika ada bahaya. Hal tersebut dilakukan hingga anak cupang berumur satu minggu dan bisa mencari makan sendiri.
Selanjutnya, induk jantan tidak lagi menlindungi anaknya dengan cara memasukkan ke dalam mulut, tetapi sekadar berjaga-jaga di dekatnya. Hal tersebut dilakukan karena ukuran anak cupang yang sudah mulai membesar.
Beberapa jenis cupang yang berkembang biak dengan cara ini di antaranya Betta pugnax, Betta taeniata, Betta macrostoma, Betta unimaculata, Betta picta, Betta anabantoides, Betta edithae, dan Betta foerschi.

TINGKAH LAKU LARVA
Biasanya setelah selang waktu 12 jam dari proses pemijahan, telur yang berwarna putih susu itu mulai bergerak – gerak, indukan jantan ikan cupang memang dikenal teramat sayang kepada anak – anaknya, se agresif apapun mereka, ini ditandai jika ada larva ikan cupang yang jatuh di dasar air, maka dengan segera induk jantan menangkap dengan mulutnya serta membuatkan mereka sarang busa yang baru di permukaan air dan menempatkan lagi larva ikan yang jatuh tadi di tempat itu, kegiatan itu dilakukan secara terus menerus selama 2 hari sejak larva cupang menetas, baru menginjak hari ke 3 larva ikan cupang sudah mulai berenang, pada 3 hari pertama larva ikan cupang tidak perlu dikasih pakan, karena masih ada cadangan makanan di perutnya, baru pada hari ke 4 larva ikan cupang dikasih asupan pakan dari luar berupa kutu air yang disaring, pada tahap ini induk jantan jangan dipindah terlebih dahulu karena bertugas mengasuh dan menyuap larva dengan cara memakan kutu air saring tadi dan berenang sedemikian rupa di permukaan air sehingga larva yang tersebar mau mengumpul dan di suap di dalam mulut induk jantan, apabila sulit mendapatkan kutu air maka bisa di beri pakan alternatif berupa larva artemia, cara pemberiannya adalah, ambil sejumput kecil telur artemia, dan masukkan ke dalam gelas yang sudah di isi air asin, lalu dikasih aerasi yang lembut, sampai telur artemia tadi menetas, biasanya proses ini memakan waktu satu hari satu malam, setelah menetas ambil artemianya dengan cara mematikan sementara aerator, dan ambil artemia yang bergerak – gerak dengan pipet atau sedotan, tetapi jangan sampai telur yang belum menetas ikut terambil, setelah itu saring dengan kain yang bersih dan berikan pada larva ikan cupang.
Pada hari ke 6 setelah menetas biasanya larva sudah bisa makan dengan sendiri tanpa harus disuap oleh induk jantan, ini ditandai dengan induk jantan yang selalu memojok di aquarium, pada tahap ini pula induk jantan diambil dari tempat pemijahan, lakukan pemindahan secara hati – hati, dan taruh di aquarium soliter untuk di persiapkan melakukan proses pemijahan selanjutnya. Kunci pemeliharaan larva ikan cupang tanpa induk jantan terletak pada pemeliharaan airnya, oleh karena itu lakukan pergantian secara berkala sebanyak 1/4 air dari volume air semula, lakukan penyiphonan pada dasar aquarium hingga bersih dan ganti air dengan air yang sudah tua dan dikasih larutan methylene blue yang diencerkan. lakukan pergantian air setiap 3 hari sekali. Menginjak hari ke 10 setelah larva menetas maka asupan pakan yang diberikan sudah dapat di ganti, karena untuk lebih memacu pertumbuhan dari larva ikan tersebut.
Pakan yang dapat di berikan dapat berupa cacing sutra yang di cacah kecil – kecil dan berikan sedikit demi sedikit dengan frekuensi sering sehingga termakan habis dan tidak mencemari tempat pemeliharaan, dan biasanya perkembangan anak ikan cupang meningkat dengan cepat setelah lepas 10 hari. Pada hari ke 17 anakan ikan cupang sudah bisa di beri pakan cacing sutra secara utuh, tetapi masih berupa cacing sutra yang disaring.
Pada hari ke 20 anakan ikan cupang sudah mulai nampak, dan bisa di taruh ke tempat yang lebih besar, pada tahap ini saya menggunakan ember yang berdiameter kurang lebih 60 cm, caranya adalah, masukkan air yang sudah tua ke dalam ember untuk melakukan pembesaran ikan cupang, tapi jangan terlalu penuh lalu masukkan aquarium pemeliharaan tadi ke dalam ember, miringkan pelan – pelan sampai air dan anakan ikan cupang masuk semua ke dalam ember pembesaran, usahakan jangan sampai ada yang tertinggal, lalu periksa ketinggian air, jika terlalu tinggi lakukan pengurangan dengan cara di siphon menggunakan selang kecil untuk aerator.
Proses selanjutnya berikan pakan dan perhatikan kualitas air, dalam jangka waktu kurang lebih 1,5 bulan, anak ikan cupang sudah mulai terlihat keindahannya dan bisa di sortir mana yang jantan dan mana yang betina